Sumbawa Besar, Laskarmerdeka.com –
Polemik keberadaan suku adat Cek Bocek Selesek Rensuri kembali mencuat di tengah rencana pengelolaan tambang emas di kawasan Dodo Rinti, Kabupaten Sumbawa. Namun, tokoh masyarakat sekaligus mantan anggota DPRD Sumbawa, Syarafuddin Maula, yang akrab disapa Jalo, meminta masyarakat tidak terlalu cemas berlebihan terhadap klaim adat tersebut.
Menurut Jalo, jejak sejarah dan bukti keberadaan suku Cek Bocek masih jelas. Ia menilai wajar jika mereka mengajukan klaim, mengingat rekam jejak budaya dan bahasa masih bisa dilacak di daerah Dodo Rinti, Lawin Lebangkar, hingga Ai Ketapang Lunyuk.
“Klaim itu tidak berlebihan, karena bukti-bukti sejarahnya nyata. Yang penting masyarakat jangan terjebak dalam ketakutan berlebihan,” kata Jalo saat ditemui di Sumbawa, Kamis (2/10/2025).
Ia menduga isu ini kembali diangkat karena pada 2027 mendatang tambang emas di Dodo Rinti akan mulai dieksploitasi oleh perusahaan tambang AMNT (Amman Mineral Nusa Tenggara). Menurutnya, halangan utama dari rencana tersebut adalah keberadaan komunitas adat yang masih menempati kawasan itu.
Namun Jalo menekankan bahwa masyarakat Sumbawa sebaiknya tidak larut pada perdebatan soal identitas adat semata. Baginya, isu yang lebih penting adalah bagaimana publik Sumbawa menyiapkan posisi tawar terhadap AMNT.
“Jangan-jangan ini hanya dijadikan pengalih isu. Yang harus kita pikirkan bersama adalah apa yang masyarakat Sumbawa dapatkan dari tambang Dodo Rinti, bukan sibuk memperdebatkan keberadaan suku adat,” ujarnya.
Di sisi lain, perjuangan masyarakat adat Cek Bocek saat ini juga telah menembus level internasional. Ketua AMAN Daerah Sumbawa telah menyuarakan aspirasi mereka dalam forum UNRBHR (United Nations Responsible Business and Human Rights) pada 19 September 2025 di kantor UNESCAP, Bangkok.
Menurut Jalo, fakta ini harus membuka mata publik Sumbawa bahwa perjuangan masyarakat adat sedang berlangsung di panggung dunia, dan karenanya perlu dihormati.
“Kita harus menghormati masyarakat adat yang sedang memperjuangkan wilayahnya dari ekspansi tambang. Tetapi, dalam waktu yang sama, masyarakat Sumbawa juga perlu memperkuat tuntutannya kepada perusahaan tambang, agar keuntungan dari Dodo Rinti bisa dirasakan luas oleh rakyat,” tegasnya.
Jalo berharap kedepan, diskursus publik tidak berhenti pada soal identitas, tetapi lebih menekankan pada bagaimana sumber daya alam di tanah Sumbawa dapat memberikan manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat.(AM01)
0Komentar